DAMPAK
KABUT ASAP TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kabut
adalah uap air yang berada dekat permukaan tanah kemudian berkondensasi
(perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat seperti gas (atau uap) menjadi cairan) menjadi mirip awan. Peristiwa ini terbentuk karena hawa dingin di sekitar tempat itu dan kadar kelembaban yang tinggi, yaitu mendekati 100%. Untuk menghasilkan kondensasi atau sublimasi di perlukan tingkat kejenuhan udara yang tinggi, di mana kelembaban relatif mendekati atau dengan 100%. Kriteria yang digunakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika adalah jika terlihat adalanya partikel-partikel mikroskopis di udara permukaan dengan jarak pandang (Visibility) mendatar kurang dari 1 Km dan nilai kelembaban Relatif(RH) 98-100%.
Setiap musim kemarau kita selalu diganggu asap. Sejumlah
kota di Riau maupun Kalimantan disergap asap. Jarak pandang terganggu,
aktivitas sosial dan ekonomi pun terganggu. Di laut laut, maupun di sejumlah
sungai yang padat transportasi air menjadi sangat rawan kecelakaan. Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh asap kabut terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada kesempatan kali ini
kita akan membahas tentang Dampak Kabut Asap Terhadap Kehidupan Manusia
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kabut Asap
Kabut asap adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa
terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Di bawah keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara, kabut asap bisa menutupi suatu
kawasan dalam waktu yang lama.Walaupun pada perkembangan selanjutnya kabut asap
tidak harus memiliki salah satu komponen kabut atau asap. Kabut asap juga
sering dikaitkan dengan pencemaran udara. Kabut asap sendiri merupakan koloid
jenis aerosol padat dan aerosol cair.
2.2 Proses Terbentuknya Kabut Asap
Pada umumnya, kabut terbentuk ketika udara yang jenuh akan
uap air didinginkan di bawah titik bekunya. Jika udara berada di atas daerah
perindustrian, udara itu mungkin juga mengandung asap yang bercampur kabut
membentuk kabut berasap, campuran yang mencekik dan pedas yang menyebabkan
orang terbatuk. Di kota-kota besar, asap pembuangan mobil dan polutan lainnya
mengandung hidrokarbon dan oksida-oksida nitrogen yang dirubah menjadi kabut
berasap fotokimia oleh sinar matahari. Ozon dapat terbentuk di dalam kabut
berasap ini menambah racun lainnya di dalam udara. Kabut berasap ini
mengiritasikan mata dan merusak paru-paru. Seperti hujan asam, kabut berasap dapat
dicegah dengan mengehentikan pencemaran atmosfer.
Kabut juga dapat terbentuk dari uap air yang berasal dari tanah yang lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air ini berkembang dan menjadi dingin ketika naik ke udara. Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30º C dapat mengandung uap air sebangyak 30 gr uap air per m3, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20º C udara hanya dapat menahan 17 gr uap air. Sebanyak itulah yang dapat ditahannya pada suhu tersebut. Udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Ketika suhu udara turun dan jumlah uap air melewati jumlah maksimum uap air yang dapat ditahan udara, maka sebagian uap air tersebut mulai berubah menjadi embun. Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan udara menahan uap air bertambah. Menurut istilah yang diakui secara internasional, kabut adalah embun yang mengganggu penglihatan hingga kurang dari 1 Km.
Kabut juga dapat terbentuk dari uap air yang berasal dari tanah yang lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air ini berkembang dan menjadi dingin ketika naik ke udara. Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30º C dapat mengandung uap air sebangyak 30 gr uap air per m3, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20º C udara hanya dapat menahan 17 gr uap air. Sebanyak itulah yang dapat ditahannya pada suhu tersebut. Udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Ketika suhu udara turun dan jumlah uap air melewati jumlah maksimum uap air yang dapat ditahan udara, maka sebagian uap air tersebut mulai berubah menjadi embun. Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan udara menahan uap air bertambah. Menurut istilah yang diakui secara internasional, kabut adalah embun yang mengganggu penglihatan hingga kurang dari 1 Km.
Berikut Tabel Kategori Kualitas
Udara :
Kategori
|
Tingkat Kualitas Udara
|
Penjelasan
|
Hijau /
Baik
|
0-50
|
Tingkat
kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi manusia atau hewan dan tidak
berpengaruh pada tumbuhan,bangunan maupun nilai estetika.
|
Biru / Sedang
|
51-100
|
Tingkat
kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi manusia atau hewan namun
berpengaruh terhadap tumbuhan sensitive dan nilai estetika.
|
Merah / Tidak Sehat
|
101-199
|
Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan
manusia atau kelompok hewan yang sensitive atau bisa menimbulkan kerusakan
pada tumbuhan atau nilai estetika.
|
Kuning / Sangat Tidak Sehat
|
200-299
|
Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan
kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
|
Hitam / Berbahaya
|
Ø 300
|
Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum
dapat merugikan kesehatan yang serius terhadap populasi.
|
2.3
Dampak-dampak yang di akibatkan kabut asap
1.
Infeksi Paru-paru dan Saluran pernafasan
Kabut asap
yang melanda Sumatera dan Kalimantan tidak diragukan lagi menyebabkan banyak
kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ISPA. Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi FKUI yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama,
mengatakan bahwa gangguan kesehatan akan lebih mudah terjadi pada orang yang
memiliki gangguan paru dan jantung, orang lansia, serta anak-anak.
2. Mengancam Keberlangsungan
Berbagai Satwa Liar Dilindungi
Di Palembang, kabut
asap tidak hanya mengganggu kahidupan manusia, tetapi juga salah satu
margasatwa yang dilindungi, yaitu harimau. Jumat lalu, seekor harimau Sumatera
seberat 100 kilogram, tinggi 1 meter dengan panjang 2 meter ini menggegerkan
warga Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera
Selatan.Dalam beberapa minggu terakhir, warga sering mendengar suara harimau
yang keluar hutan dan memakan sapi dan kambing milik warga. Harimau ini keluar
habitat karena makanannya di dalam hutan sudah banyak yang mati.
3. Angka Kemiskinan
Bertambah
Perihal dampak satu ini
muncul dalam forum diskusi Senator untuk Rakyat di Cikini, Jakarta Pusat. Pada
forum tersebut, Pemerintah diminta cepat menangani masalah kabut asap dan
kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Jika tidak
segera diselesaikan, masalah kabut asap dikhawatirkan semakin mengganggu
kondisi perekonomian masyarakat. Firman memprediksi bahwa angka kemiskinan akan
melonjak naik karena terjadi darurat kekeringan yang mengganggu sistem
pertanian dan perkebunan. Persoalan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan
dinilai ikut berperan dalam capaian ekonomi pada Semester I tahun 2015.
Selain dampak di atas akibat kabut
asap sebabkan GarudaIndonesia Batalkan 449 Penerbangan . Manajemen Garuda
Indonesia membatalkan sedikitnya 449 penerbangan dari dan menuju sejumlah kota
di wilayah Sumatera dan Kalimantan sepanjang periode 3-20 September 2015,
terkait dengan kabut asap akibat kebakaran hutan yang masih menyelimuti ruang udara
di wilayah tersebut hingga saat ini.
BAB III
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP
DAMPAK KABUT ASAP
Banyak
seseorang yang terkena dampak menjadi lelah dengan tidak adanya penanganan dari
pemerintah walaupun jauh-jauh hari sebelum ini pemerintah sudah menghimbau
masyarakat daerah untuk mengenakan masker dalam beraktifitas.
Kebijakan
seperti itu saja sangatlah tidak cukup,karena kabut asap yang panjang ini
disertai dengan kemarau,sehingga banyak korban yang terkena ISPA, mulai dari
orang dewasa, anak-anak maupun bayi, bahkan juga sampai ada yang meninggal
dunia. Menurut data yang di peroleh korban jiwa sampai saat ini mencapai angka
ribuan.
Bencana Asap
Beda dengan bencana lainnya yang korban bisa di ungsikan, bisa dilihat
lukanya,traumanya,kesedihannya,kematiannya. Tidak seperti itu di bencana asap
semuanya terjadi pelan-pelan. Tidak ada rumah rusak,jembatan ambruk,sekolah
runtuh,masjid atau surau yang roboh. Salah satu cara yang bisa kita lakukan
adalah hanya berdo’a dan berteriak terus di media sosial. SEBARKAN,SEBARKAN DAN
SEBARKAN. Usaha kita ini dilakukan bukan karna ingin menjatuhkan dan
menjelekkan siapapun, kita mengadu dan meminta Presiden karena beliaulah yang bisa memerintahkan siapapun
yang mempunyai kemampuan di Indonesia untuk bertindak,berbuat dan bekerja
dengan cepat, dan hanya beliau yang mempunyai kuasa mengeluarkan anggaran yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini.
BAB IV
REALITAS
MENGENAI DAMPAK KABUT ASAP
Membicarakan tentang realitas jelas kebakaran hutan
atau lahan tida akan terhenti bila hanya dengan pemadaman.Kebakaran
hutan tetap menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca, penyebab hilangnya hutan
dan keragaman hayati, serta tantangan mendesak kebijakan karbon hutan REDD+ dan
ikrar keberlanjutan korporasi.
4.1 TERSEDIANYA PENELITIAN KEBAKARAN
Pada 2014, CIFOR menyelenggarakan ‘Lokakarya Kebakaran dan Asap dan Sesi Pembelajaran di Konferensi Hutan
Asia.
Saat ini, tindakan hanya sekadar
memadamkan kebakaran. Pemerintah pusat dan daerah perlu mengadopsi lebih banyak
stategi preventif yang mengatasi akar masalah kebakaran lahan gambut.
Kebakaran dan asap bisa jadi
konsekuensi konflik antara pemangku kepentingan lokal (masyarakat asli, migran,
perusahaan besar), yang berebut lahan gambut akibat tumpang tindihnya konsesi
yang dialokasikan beragam level pemerintah (nasional, kabupaten, desa).
Dalam kasus tersebut, kebakaran
seringkali digunakan untuk mengklaim lahan, mengekskalasi konflik yang ada, dan
cara berbisnis, serta mungkin melibatkan korupsi di tingkat tertinggi.
Tahun ini, CIFOR akan terus memetakan potensi kebakaran 2015 secara real-time, membantu pengambil keputusan
semua level untuk mengakses dan menginterpretasi data kebakaran.
4.2 EKONOMI POLITIK KEBAKARAN DAN ASAP
Proyek baru CIFOR berjudul “Politik Ekonomi Kebakaran Hutan dan Asap di Indonesia“, didukung oleh Mekanisme Tanggap
Cepat Departemen Pembangunan Internasional
Inggris, akan
berlangsung sepanjang 2015.
Proyek ini
menggunakan pendekatan unik lintas disiplin untuk memahami kemunculan kebakaran
lahan gambut penghasil asap di Indonesia. Penelitian baru ini menargetkan
provinsi Riau Sumatera, titik panas deforestasi dan kebakaran global.
Pada
gambar 2 terlihat bahwa hotspot menumpuk sangat rapat di Pulau Sumatera. Dari
total 431 hotspot yang terpantau di seluruh wilayah Indonesia pada Rabu,
3 September 2015 (dari satelit Terra dan Aqua dengan confidence > 80),
sebanyak 341 atau 79% berada di Pulau Sumatera. Sebaran hotspot per provinsi
dapat dilihat pada Gambar 3. Adapun sebaran hotspot di Wilayah Riau, wilayah
yang terdampak parah di Sumatera, bisa dilihat pada Gambar 4.
Dari Gambar 3, hotspot terbanyak
terpantau di Provinsi Jambi (118 hotspot), sama seperti pada kondisi dua hari
yang lalu. Provinsi lainnya yang terpantau hotspot dalam jumlah besar adalah
Riau, Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah. Untuk Provinsi Riau, dari 88
hotspot yang terpantau sebagian besar berasal dari daerah dekat Pekabnaru
yaitu Pelalawan, dan Indragiri Hilir.
Kondisi kabut asap di beberapa
wilayah bahkan sudah sampai pada kondisi berbahaya. Kompas.com memberitakan bahwa kondisi cuaca di hampir
seluruh Riau sudah masuk kategori tidak sehat. Dari pembacaan 10 alat pencatat
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang tersebar di beberapa wilayah Riau,
enam di antaranya berada pada kategori Berbahaya dengan angka polutan di atas
300. Enam wilayah itu adalah Rumbai dan Panam (Pekanbaru), Petapahan-Kampar,
Minas-Siak, serta Bangko dan Libo-Rokan Hilir.
Mengingat musim kemarau masih
akan terus berlangsung, dan dampak kebakaran hutan dan lahan semakin parah,
pemerintah baik pada tingkat daerah maupun pusat harus segera bertindak. Jangan
menunggu kabut asap melintas batas negara hingga ke negara tetangga baru
pemerintah bergerak. Jangan menunggu dunia Internasional kembali berteriak
kemudaian baru bertindak. Masyarakat di daerah sudah bergerak saling membantu
sesam dari ancaman semakin memburuknya kondisi kesehatan dan aktivitas yang
terhenti akibat kabut asap. Kerugian materi terus bertambah dan kesehatan warga
makin memburuk. Darurat kabut asap harus segera ditangani mengingat meluasnya
dampak bencana maupun kerugian yang sudah semakin besar.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat kita ambil adalah dampak kabut asap sangat kontras terhadap
kelangsungan hidup manusia baik dari segi ekonomi dan keberlangsungan
transportasi dan ekonomi, dan kita tahu bahwa pemadaman yang di lakukan oleh
pemerintah tidak begitu berdampak untuk mengentikan kebakaran. Mari
kita saling mengingatkan dengan apapun yang kita bisa. Untuk warga yang
terpapar kabut asap, tidak ada salahnya mengikuti panduan dibawah ini, agar
bisa bertahan dalam kondisi terburuk di tempat masing-masing.
http://www.kompasiana.com/achmadsiddikthoha/indonesia-darurat-kabut-asap_55e8012ef59273db07449b4ahttp://blog.cifor.org/30905/politik-ekonomi-kebakaran-hutan-dan-asap-di-indonesia?fnl=id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar