paintpaintBAHAN
BIOMATERIAL KERAMIK DAN STAINLESS STEEL
316L
SEBAGAI BAHAN IMPLAN TULANG DAN GIGI DENGAN
METODE DIP COATING
1. Pengertian
Keramik
Keramik adalah material non metal yang telah
di kenal luas dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya
keramik tahan terhadap temperatur yang tinggi, kekerasan yang sangat tinggi,
massa jenis yang rendah dan mempunyai thermal konduktivitas yang rendah dari
pada logam. Keburukan dari keramik adalah cacat (flaws), seperti retak (cracks),
ruang hampa (voids), terperangkapnya kotoran/udara (inclusion).
Dimana cacat ini akan mudah menyebar. Dimana dalam perkembangannya dapat
digunakan untuk bidang kesehatan seperti dalam pencangkokan tulang atau
jaringan lunak dalam tubuh manusia. Salah satu material keramik yang digunakan
adalah Hydroaxyapatite (HAp). Di alam Hydroaxyapatite mudah dijumpai yaitu
material ini berbentuk batu karang (coral). Dimana material ini
mempunyai keuntungan dapat menyesuaikan keadaan pada tubuh (biocompatible).
Disamping itu juga HAp, mempunyai kelemahan yaitu untuk fatik (fatigue),
material ini tak mampu menahan beban bila material ini digunakan dalam bentuk
yang besar (bulk) seperti dalam ilmu bedah tulang.
1.1 Hydroaxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2)
Merupakan komponen kristalin utama pada fasa mineral tulang.
Hydroxiapatite ini dapat membentuk ikatan fisik dengan tulang setelah di implankan
ke dalam tubuh.
Aplikasinya:
·
Scaffolds for tissue growth
·
Pengisi tulang yang rusak/cacat
·
Coating pada metal implants
Material Hidroksiapatit
dapat dihasilkan dari limbah cangkang telur dengan memanfaatkan kalsium dari
kulit telur kemudian direaksikan dengan senyawa. 3 Telur ayam merupakan sumber
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Putih dan kuning telur ayam
mengandung banyak mineral seperti sulfur, magnesium dan sodium. Sedangkan
kalsium (Ca) yang dibutuhkan dalam sintesis hidroksiapatit banyak terdapat di
cangkang telur ayam berupa senyawa kalsium karbonat (CaCO3) yaitu sebesar
95%.13
Hidroksiapatit pada
umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biomaterial berupa tulang
buatan dan gigi manusia. Hidroksiapatit dari kulit telur dapat dihasilkan
setelah melakukan kalsinasi pada suhu 900˚C. Dalam pembuatan biomaterial rasio
perbandingan antara kalsum fosfat (Ca/P) yang diijinkan adalah sebesar 1,67.
1.1.1 Sifat Mekanik Hidroaxipatite
Terdapat banyak variasi
sifat mekanik dari hidroksiapatit yang disintesis. Menurut beberapa para ahli
sebagai berikut
a. Jarco melaporkan
hidroksiapatit padat memiliki rata –rata kekuatan tekan dan tarik masing masing
adalah 917 Mpa dan 196 Mpa.
b. Kato melaporkan hidroksiapatit memiliki
kekuatan tekan 3000 kg/mm2 (294 Mpa), kekuatan tekuk 1500 kg/cm2 (147 Mpa) dan
kekerasan Vickers 350 kg/mm2 (3,43 Gpa).
c. Suchanek melaporkan bahwa hidroksiapatit
padat memiliki kekuatan tekuk 38-250 Mpa,kekuatan tekan 120-900 Mpa.
1.1.2 Sifat Kimia Hidroaxypatite
Hidroksiapatit memiliki
sifat kimia yang penting yaitu biocompatible, bioaktif, dan bioresorbable.
Biocompatible maksudnya material tersebut tidak menyebabkan reaksi penolakan
dari sistem kekebalan oleh tubuh manusia yang dianggap benda asing. Bioaktif adalah
material yang dapat menimbulkan respon biologis antara implan dan jaringan.
Bioresorbable material akan melarut sepanjang waktu (tanpa memperhatikan
mekanisme yang menyebabkan pemindahan material) dan mengijinkan 3 jaringan yang
baru terbentuk tumbuh pada sembarang permukaan.
1.1.3 Keuntungan dan kerugian menggunakan keramik base
Hap untuk pengganti tulang.
a.Keuntungan
Ada beberapa keuntungan
dalam penggunaan hidroaxyapatite bio aktif keramik base untuk menghasilkan material
yang unggul. Keuntungan dari kenyamanan dalam tubuh(biocompartable) dari Hidroxyapatite
adalah:
A. Cepat bersesuaian ke dalam
tubuh manusia, saat bersamaan tubuh tidak merasakan apa-apa kalau ada benda asing
didalamnya.
B. Hidroxyapatite mempunyai
kemampuan pengikat ke tulang.
b.Kerugian
A. Tidak dapat digunakan untuk
bentuk yang besar (bulk) khususnya beban Fatik (fatigue) karena tidak mampu menahan
beban yang besar. Seperti dalam ilmu bedah tulang.
B. Sifat perekat antara pelapis
kalsium pospate dan material cangkoknya sangat kurang / lemah.
Manufaktur
dari hydroxyapatite keramik Proses pelapisan adalah salah satu proses untuk membuat
hydroxyapatite. Pelapisan adalah suatu proses yang sangat baik untuk mendapatkan
sifat biocompatible untuk unsur yang dimiliki oleh sambungan tulang dengan keramik.
1.2 Stainless Steel
Di
Indonesia banyak bahan yang dapat dijadikan biomaterial, sehingga perlu adanya
review untuk bahan biomaterial yang banyak di Indonesia sehingga nantinya dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian biomaterial berbahan baku dari
Indonesia.
Stainless steel adalah bahan yang banyak digunakan dalam industri,
terutama industri yang membuat implan tulang, bahan ini salah satu jenis baja
yang tahan terhadap karat serta sifat mekanis yang baik. Industri cor di
Indonesia masih menggunakan bahan-bahan impor umtuk membuat stainless steel ini. Bahan –bahan
pembuat stainless steel adalah nikel
murni, ferrokrom (Fe-Cr), ferromangan (Fe-Mg), ferromangan (Fe-Mn),
ferrosilicon (Fe-Si), ferromolybden (Fe-Mo) dan scrap low
carbon steel.
Review dari Suh (1998)
mengatakan bahan yang baik untuk biomaterial adalah stainless steel, keramik
dan polymer. Review ini bertujuan untuk mengenal sifat bahan pengganti tulang
yang bahannya banyak ditemukan di Indonesia sehingga menjadi wawasan untuk
pembuatan tulang implant buatan Indonesia
1.2.1 Biomaterial Logam
Logam banyak
digunakan secara baik untuk pengganti implan tulang yang mendapat pembebanan
seperti di pinggul dan lutut berbentuk kawat, pin, sekrup dan pelat. Logam juga
dipakai dalam katup jantung buatan dan pegangan pembuluh darah yang menyebabkan
alat pacu jantung. Logam murni kadang digunakan biomaterial tetapi bnyak juga
memakai paduan untuk memperbaiki sifat dari logam murni. Yang sering digunakan
dalam biomaterial adalah stainless steel
316L, paduan kobalt dan kromium molybdenum,
dan tintanium murni dan paduan tintanium. (Tabel 1). Pemilihan utama dari logam
dan paduannya sebagai biomaterial adalah sifat mekanik yang sesuai dan
ketahanan terhadap korosi dan harga yang layak. Dari keempat bahan logam yang
disebutkan dalam Tabel 1 Stainless steel
dipilih sebagai bahan pembuat bone implan
karena mempunyai ketahanan korosi yang tinggi. Semua stainless steel mempunyai campuran kromium minimal 10,5 % berat.
Menurut Alvarado,
J. dkk (2003) manfaat dari stainless steel adalah:
a. Hambatan
korosi tinggi, bahan ini dapat menghambat korosi tinggi baik di atmosfir maupun
dalam lingkungan air.
b. Tahan panas
dan api, campuran paduan kromium dan nikel melindungi kekuatan stainless steel dari temperatur tinggi.
c. Sehat, stainless steel mudah dibersihkan
sehingga menjadi pilihan pertama untuk bahan yang kondisi sehat, hampir setiap
alat yang berhubungan dengan kesehatan seperti rumah sakit, dapur, rumah jagal
dan proses makanan menggunakan stainless
steel.
d. Penampilan
baik, lapisan terang membuat perawatan yang mudah pada stainless steel.
e. Keuntungan
kekuatan pada berat, sifat keras yang dimiliki stainless steel sangat bagus pada pengerjaan dingin dan bentuk yang
tipis.
f. Mudah
fabrikasi, dengan modern pembuatan baja stainless
steel dapat mudah dipotong, las, bentuk, dimesin dan dibuat.
g. Tahan
dipukul, keuletan yag tinggi embuat stainless steel mampu pukul.
h. Harga yang mahal. Ketika total
ongkos dipertimbangkan, stainless steel
sering menjadi opsi yang sedikit mahal.
Bahan stainless steel yang sering digunakan untuk implikasi biomaterial adaalah stanless steel 316L. Komposisi kimia dari bahan ini disajikan dalam Tabel berikut:
1.3 Sifat Mekanik Biomaterial Logam
Sifat
mekanik sangat penting saat merancang bahan pengganti tulang yang mendapat
beban dari luar. Kekuatan tarik dan kelelahan dari logam dapat dibandingkan
dengan keramik dan polimer, sehingga logam dipilih sebagai pengganti tulang
yang meyangga beban kerena sifatnya mekaniknya. Tetapi komposit logam yang
homogen menyebabkan tegangan yang tidak sama dengan tulang lain, sehingga dapat
menghilangkan rangsangan mekanik yang depelukan untuk menjaga keseimbangan.
Sifat mekanik logam tidak hanya ditentukan oleh jenis logam tapi proses
pembuatan logam juga mempengaruhi sifat mekanik dari logam. Pengerjaan logam
seperti pengerjaan dingin, pengerjaan panas, forging, rolling logam yang
menghasilkan deformasi membuat logam lebih kuat dan lebih keras. Terlebih lagi
kekuatan logam yang lebih kuat dan lebih keras tersebut dibarengi dengan
penurunan sifat ulet dan lebih medah reaktif sifat kimianya.
1.4 Pemilihan bahan untuk kedokteran
Bahan untuk biomedical dari logam dan
keramik telah diketahui. Masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing. Pemilihan bahan untuk implant tulang disesuaikan dengan sifat
mekanik dan kegunaan bahan. Contoh stainless steel direkomendasikan untuk tulang
yang menahan beban tapi gerakan gesekan tidak terlalu banyak seperti lutut.
Sedangkan keramik untuk tulang sendi yang bergesekan banyak seperti sambungan
tulang pinggul. Dilihat dari sifat mekanik kedua bahan dapat diharapkan
penyusunan bahan komposit terdiri dari logam dan keramik sehingga saling
melengkapi keduanya.
1.5 Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa logam stainless steel merupakan bahan
bagus untuk tulang karena sifat mekanik tetapi kurang cocok untuk jaringan.
Keramik juga bahan yang bagus untuk tulang karena sifatnya yang pas untuk
jaringan tetapi bahan ini rapuh sehingga tidak boleh kena benturan. Diharapkan
muncul bahan komposit penggabungan dari keduanya sehingga saling melengkapi
1.6 Pengaplikasian serta metode yang digunakan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional (2015)
jumlah kecelakaan yang terjadi di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 49553
kecelakaan, dan terus meningkat setiap tahunnya yaitu 59164 kecelakaan pada
tahun 2008, 62960 kasus pada tahun 2009, 66488 kasus pada tahun 2010, 108696
dan 117949 kasuspada tahun 2011 dan 2012, dimana patah tulang merupakan salah
satu kasus yang paling banyak terjadi dalam kecelakaan.
Kasus patah tulang juga dapat terjadi akibat
osteoporosis. Tingginya angka kasus patah tulang menyebabkan tingginya
kebutuhan akan implan tulang. Hidroksiapatit telah diketahui sebagai material
pengganti yang baik untuk implan tulang dan gigi dalam dunia kesehatan
disebabkan karena kemiripan sifat kimia dan biologinya dengan jaringan tulang
manusia. Meskipun demikian hidroksiapatit memiliki kekuatan mekanik yang kurang
baik sehingga kurang cocokdigunakan sebagai pengganti tulang yang menopang
bagian tubuh yang berat.
Metal atau logam merupakan suatu material yang
memiliki kriteria mekanik yang kuat dan mampu menahan berat tubuh jika
digunakan sebagai material pengganti tulang. Akan tetapi sifat kimia dan
biologi dari logam tidak sesuai dengan jaringan tulang manusia sehingga menghasilkan
ketidakstabilan implan [Rad
dkk,
2014].
Hidroksiapatit
memiliki sifat mekanik yang kurang baik sehingga digunakan sebagai pelapis (coating)
pada permukaan material logam untuk mengkombinasikan kekuatan dan kekerasan
permukaan logam dengan sifat bioactive dari hidroksiapatit.
“Penggunaan hidroksiapatit sebagai coating juga
dapat meningkatkan ketahanan logam terhadap korosi dan kemampuan mengikat
implant terhadap jaringan tulang [Rad dkk, 2014]”.
Pembuatan coating hidroksiapatit
dapat dilakukan dengan berbagai metode
deposisi
seperti thermal spraying, sputtering, electrophoretic
deposition, dan dip coating. Metode dip coating merupakan
metode deposisi yang memiliki kelebihan seperti biaya yang murah dan prosesnya
yang sederhana. Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk melapisi
substrat dengan bentuk yang kompleks. Berdasarkan kelebihan tersebut maka
metode dip coating dipilih sebagai metode deposisi dalam pelapisan
hidroksiapatit pada logam stainless steel.
Beberapa teknik pelapisan
dalam pembuatan hydroxyapatite dapat dilihat pada tabel berikut :
Sagu merupakan tanaman tropis yang
banyak tumbuh di Indonesia. Pemanfaatan sagu dalam bentuk pati selama ini
terbatas hanya sebagai bahan pangan. Menurut Belitz (2009) sagu dapat dimanfaatkan
sebagai binder, thickener, dan stabilizer. Sehingga pada
penelitian ini sagu dimanfaatkan sebagai binder dalam proses pelapisan
hidroksiapatit pada stainless steel 316L.
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Bahan dan Alat yang digunakan
Bahan-bahan
yang digunakan pada penelitian ini adalah
a. Hidroksiapatit
b. Sagu sebagai binder,
c. Akuades sebagai pelarut, dan
d. Aseton untuk membersihkan stainless
steel 316L
1.7.2 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat
yang digunakan antara lain :
a. dip coating unit
b. furnace
yang berfungsi untuk sintering sampel
c. stopwatch untuk mengukur lama
pencelupan
d. kertas amplas, gelas kimia, timbangan,
dan magnetic stirrer yang digunakan untuk
persiapan suspensi dan substrat.
1.8 Prosedur Penelitian
a. Persiapan Suspensi
Hidroksiapatit ditimbang sebanyak 10 gram dan
dimasukkan ke dalam gelas
kimia.
Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 20 gram, serta sagu yang telah ditimbang
sebanyak 1; 1,25 dan 1,5 gram. Larutan diaduk dengan magnetic stirrer
selama
16, 20 dan 24 jam.
b.
Persiapan Substrat
Stainless steel 316L
dipotong dengan ukuran 2 x 3 cm, kemudian di amplas. Stainless steel yang
telah di amplas disterilkan dengan cara direndam dalam aseton selama 15 menit,
setelah itu dibilas menggunakan akuades. Substrat kemudian dikeringkan
menggunakan oven dengan temperatur 80 ºC selama 10 menit.
c.
Proses Pelapisan
Substrat yang telah disterilkan dicelupkan kedalam
suspensi selama 20 detik, dan dilakukan 1 kali pencelupan. Substrat yang telah
dilapisi hidroksiapatit kemudian dikeringkan dengan suhu 110 ºC selama 30
menit, kemudian disinterring dengan temperatur 800 ºC selama 1 jam.
d.
Karakterisasi
Karakterisasi menggunakan Scanning Electron
Microscopy (SEM)
dilakukan
untuk mengetahui ketebalan lapisan hidroksiapatit dan keadaan permukaan
lapisan. X-ray diffraction (XRD) bertujuan untuk melihat senyawa kimia yang
terdeposisi pada substrat, sedangkan Autograph digunakan untuk mengetahui
shear strength dari coating hidroksiapatit yang dihasilkan.
1.8 Hasil Penelitian
Rasio
binder yang digunakan berpengaruh terhadap coating yang
dihasilkan. Gambar dibawah merupakan hasil SEM permukaan coating pada
berbagai rasio binder.
Gambar.
Hasil
SEM Permukaan Coating pada Pengadukan 24 jam dan
Rasio Binder:HA:Akuades
(a) 1,5:10:20, (b) 1:10:20.
Rongga pada permukaan coating terlihat semakin
banyak pada rasio binder yang lebih banyak. Rongga pada permukaan
lapisan tersebut merupakan hasil dari binder yang habis terbakar
dan menyebabkan dispersi partikel tidak terjadi secara maksimal,
sehingga menyebabkan partikel dalam suspense mengalami
agglomerasi.
Gambar
4. Tampak
Lintang Coating pada Rasio Binder:HA:Akuades 1,25:10:20 dan
Pengadukan
(a)16 jam, (b)20 jam, dan (c)24 jam.
Gambar diatas merupakan tampak lintang dari stainless
steel 316L yang telah dilapisi hidroksiapatit menggunakan rasio binder:HA:akuades
1,25:10:20 pada berbagai variasi waktu pengadukan, yaitu16 jam, 20 jam, dan 24
jam. Pada waktu pengadukan 16 jam diperoleh lapisan dengan ketebalan sekitar 35
μm dan mengalami peningkatan menjadi 77 μm pada waktu pengadukan 20 jam. Akan
tetapi ketebalan lapisan kembali mengalami penurunan pada waktu pengadukan 24
jam yaitu sekitar 60 μm.
Semakin lama waktu pengadukan maka partikel dalam
suspensi akan semakin terdispersi, dan menghasilkan suspensi yang lebih stabil
sehingga ketebalan coating yang diperoleh akan semakin tinggi. Akan
tetapi dengan bertambahnya waktu pengadukan partikel mengalami aglomerasi dan
menyebabkan partikel tidak terdispersi secara maksimal dan menghasilkan coating
yang lebih tipis.
Daftar Pustaka
1. Waode. H, Nurlaela R, Dahlang T.PEMBUATAN DAN PENGUJIAN SIFAT MEKANIK GIGI
TIRUAN BERBAHAN KERAMIK DAN HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR. Univ
Hasanudin Makasar
2. Riezka. R, Dwi, A., Ediman. G.2005.Preparasi dan Karakterisasi Keramik Silika (SiO2) Sekam Padi dengan Suhu
Kasinasi 800oC - 1000Oc. Universitas Lampung.
3. Fatahul. A, Eka, S.M.,2009. KERAMIK (ADVANCECERAMICS) SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF DI BIDANG KESEHATAN.
Politeknik Negeri Sriwijaya
4. Putri, H.H., Ahmad F., Amun, A.2016.PELAPISAN HIDROKSIAPATIT PADA STAINLESS
STEEL 316L MENGGUNAKAN METODE DIP COATING DENGAN VARIASI RASIO BINDER PATI SAGU
DAN WAKTU PENGADUKAN.Universitas Riau